Sinopsis:
Lou Clark tahu banyak hal. Dia tahu berapa langkah jarak antara halte bus dan rumahnya. Dia tahu dia suka sekali bekerja di kedai kopi The Buttered Bun, dan dia tahu mungkin dia tidak begitu mencintai pacarnya, Patrick.
Tetapi Lou tidak tahu bahwa dia akan kehilangan pekerjaannya, dan peristiwa apa saja yang akan menyusul kemudian.
Setelah mengalami kecelakaan, Will Traynor tahu dia sudah tidak berminat lagi untuk melanjutkan hidupnya. Dunianya kini menyusut dan tak ada lagi suka cita. Dan dia tahu betul, bagaimana mesti menghentikannya.
Namun Will tidak tahu bahwa sebentar lagi Lou akan masuk ke dunianya dengan membawa warna-warni ceria. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari, betapa mereka akan membawa perubahan besar ke dalam kehidupan satu sama lain.
Sigh. Seharusnya ada buku panduan tentang cara menulis review buku bagus. (Tapi kemudian orang-orang yang sudah membaca buku itu akan menemukan kesulitan dalam menulis review buku itu.)
Sewaktu menulis review ini (di atas kertas binder), HP saya memainkan lagu The Second You Sleep-nya Saybia. Ketika menekan tombol next, malah dentingan piano di What Sarah Said-nya Death Cab for Cutie yang terdengar. Sigh. Sepertinya HP dan perasaan saya ketika menulis review ini berkonspirasi. #tsaaah
Jika tidak dipecat dari pekerjaannya sebagai pelayan di The Buttered Bun, Louisa Clarka tidak akan bertemu dengan Will Traynor. Pertemuan mereka sendiri untuk pertama kalinya--bukanlah meet cute.
Kecelakaan yang dialami Will dua tahun sebelumnya membuat dia harus duduk di atas kursi roda. Lumpuh. Penderita quadriplegia. Dia butuh seorang perawat untuk mengawasi dirinya. Dan perawat itu Lou, dengan gaji yang amat bagus, dan dia hanya bekerja selama 6 bulan.
Dengan cepat Lou mengetahui sebelum kecelakaan itu terjadi, Will orang yang amat aktif, gemar pergi ke sana kemari, sukses dalam pekerjaan, mapan, dan tentu saja tampan.
"Kau hanya hidup satu kali. Sudah kewajibanmu untuk menjalani hidupmu sepenuh-penuhnya."
Kedatangan Georgina, adik Will, membuat Lou menyadari kenapa dia hanya dipekerjakan selama 6 bulan. Kenapa tidak lebih dari itu?
Keberadaan Dignitas sampai saat ini masih diperdebatkan. Dalam Hak Asasi Manusia, Hak untuk Hidup berada dalam posisi nomor satu. Tapi apakah manusia juga memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya? Bahkan ketika dia merasa tidak berarti lagi dalam hidup ini, hanya menyusahkan orang-orang di sekitarnya karena dia menjadi cacat?
Dignitas. Ke sanalah Will akan pergi 6 bulan mendatang.
Camilla Traynor, Ibu Will, percaya Lou yang ceria bisa memompa semangat hidup Will, dalam waktu 6 bulan saja.
Mungkin, pertanyaan terbesar yang diajukan Me Before You adalah; apakah Lou akan berhasil meyakinkan Will, bahwa hidup ini masih layak untuk dinikmati?
Tidak. Me Before You menanyakan apa yang bisa kita lakukan agar bisa menjalani hidup sepenuh-penuhnya?
Awalnya, saya kaget melihat buku terjemahan yang halamannya mencapai 600 lebih, dan harganya yang tidak murah. Tapi seperti kata mbak Mia, it's worth your money. And... yeah, maybe some tears.
Ketika sudah selesai membacanya, saya sadar kenapa buku ini begitu tebal. Jojo Moyes ingin menunjukkan bagaimana karakter di buku ini berkembang. Mulai dari Will yang bersikap menjengkelkan terhadap Lou, namun diam-diam sangat memperhatikannya. Hingga Lou yang tidak berani melangkah ke luar zona nyamannya, mulai menunjukkan potensi dan keberaniannya yang tersembunyi.
What do they always say? You can't change a person, but you can make them willing to change.
Buku ini tidak hanya diceritakan melalui sudut pandang Lou, tapi juga dari orang-orang terdekatnya dan Will. Mulai dari Camilla, Ibu Will; Nathan, perawat Will; hingga Katrina, adik dari Lou.
Bukan sekali-dua kali saya menginginkan adanya satu bab yang ditulis melalui sudut pandang Will. Saya ingin tahu apa yang dipikirkan Will. Saya ingin masuk ke dalam kepalanya dan mencari-cari jawaban yang saya tahu, dia pasti memiliki jawaban itu. Saya tidak ingin Will menjadi orang asing yang tidak bisa diraih di buku ini.
Tapi sekali lagi, ketika saya menutup buku ini dengan kedua pipi yang basah karena air mata, saya kembali tersadar; tidak ada yang betul-betul mengetahui apa yang berkecamuk di pikiran Will. Tidak Lou, tidak Ibunya, bahkan mungkin Jojo Moyes sendiri tidak tahu.
Satu lagi. Mungkin banyak yang sudah tahu spoiler di buku ini, tahu akan berakhir seperti apa kisah lou dan Will. Jika ada yang berkata ke pada saya kalau mereka malas membaca ini karena sudah terlanjur tahu spoiler-nya, saya akan berkata; Screw the spoilers. This book is more than happy, or sad ending.
4.5/5
P.S: Saya juga suka pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi dan Q & A bersama Jojo Moyes yang disertakan Gramedia Pustaka Utama di bagian belakang buku.
Judul: Me Before You - Sebelum Mengenalmu
Penulis: Jojo Moyes
Penerjemah: Tanti Lesmana
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
656 halaman
ISBN 9789792295771
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading! :D