Judul: Wuthering Heights
Penulis: Emily Bronte
Penerjemah: Lulu Wijaya
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 488 hal.
Sinopsis:
Wuthering Heights mengisahkan tentang cinta yang tak sampai antara Heathcliff dan Catherine Earnshaw. Ketika Catherine yang sangat dicintainya memutuskan untuk menikah dengan Edgar Linton yang merupakan saingan Heathcliff sejak kecil, Heathcliff pun melarikan diri dan kelak kembali sebagai pria kaya dan berpendidikan, lalu dia mulai menyusun rencana pembalasan dendam kepada keluarga Earnshaw dan Linton yang diyakininya telah menghancurkan hidupnya.Review:
Di halaman pertama buku Wuthering
Heights yang diterjemahkan oleh GPU, ada bagian “Tentang Penulis”, yaitu
tentang Emily Bronte.
“Dia [Emily Bronte] mencurahkan
pikiran-pikiran rahasia dari jiwanya yang tersiksa ke dalam Wuthering
Heights (1847), buku yang mengangkat
namanya menjadi tokoh besar dalam kesusastraan Inggris.”
Awalnya,
saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan “mencurahkan pikiran-pikiran
rahasia” ke dalam novel pertama dan terakhirnya. Tapi ketika saya mulai
membaca, rasanya saya mengerti.
Gelap.
Itulah kata yang paling tepat menggambarkan novel ini.
Dimulai
dengan seorang pria bernama Mr. Lockwood yang berniat untuk menyapa seseorang
di Wuthering Heights, yang ternyata pemilik rumah yang disewa oleh Mr.
Lockwood. Kesan pertama yang didapat Mr. Lockwood di rumah itu adalah suram.
Tuan rumahnya ternyata bukan seorang pria yang menyenangkan, pelayannya yang
murung dan kasar, juga seorang perempuan yang harusnya diharapkan untuk membuat
suasana rumah ceria; malah membuat suasana semakin suram.
Bermalam
di Wuthering Heights ternyata membuat Mr. Lockwood kapok. Dia bermimpi melihat
hantu di kamar yang ditempatinya. Entah itu memang hantu atau hanya bunga
tidur. Dia berpulang ke rumah yang disewanya, Thrushcross Grange, dan bertemu
dengan salah satu pelayan, Mrs. Dean.
Untuk
menghibur Mr. Lockwood yang sakit, Mrs. Dean akhirnya bercerita tentang pemilik
rumah Wuthering Heights, Mr. Heathcliff, dan perempuan muda yang bernama
Catherine Linton.
***
Suka.
Meskipun novel ini penuh dengan kebencian, kemuraman, dan memang gelap. Saya
suka dengan penokohan Heathcliff yang dibenci oleh banyak orang. Saya suka
dengan dua kehidupan yang berbeda 180 derajat di rumah yang hanya berjarak
beberapa kilometer.
Di
Wuthering Heights, kehidupan bagaikan neraka untuk Heathcliff dan Catherine
Earnshaw muda, karena kecemburuan. Kecemburuan Hindley Earnshaw, kakaknya
Catherine, terhadap Heathcliff yang selalu dimanja oleh Mr. Earnshaw yang
membuat Hindley dendam. Apalagi setelah Mr. Earnshaw meninggal, hak kuasa atas
rumah itu dipegang oleh Hindley.
Keadaan
semakin memburuk dengan adanya Edgar Linton yang sering mengunjungi Catherine.
Iya, dia yang menempati rumah yang hanya berjarak beberapa kilometer dari
Wuthering Heights, yang kehidupannya berbeda 180 derajat. Dan rumah itu bernama
Thrushcross Grange.
Dengan
adanya cinta segitiga itu, membuat semuanya menjadi rumit.
Tapi
apakah segampang itu dengan hanya
memilih? Dengan meminta Catherine untuk memilih antara Edgar dan Heathcliff?
Belum tentu.
Seperti
yang saya katakan, Heathcliff memang dibenci oleh banyak orang. Bahkan oleh
istrinya sendiri. Di satu sisi saya merasa kasihan terhadap Heathcliff karena
memiliki masa lalu yang kejam karena Hindley, tapi di satu sisi saya juga
kesal. Ya kalau dendam kok dipendam terus, nanti meledak. (Loh.)
Saya
juga suka dengan karakter Edgar Linton. Cintanya untuk Catherine dalam sekali.
Dia mau menerima Catherine apa adanya meskipun dia sudah ‘rusak’ karena
Heathcliff. Apalagi lukanya yang hampir sembuh kembali terbuka sejak Heathcliff
kembali. Saya suka bagaimana Edgar merawat Catherine, dan juga Cathy kecil.
Ya,
novel ini bisa dibilang menceritakan tentang dua generasi. Saya menyebutnya;
Generasi Catherine dan Generasi Cathy. Catherine menceritakan tentang cinta
segitiga itu, dan juga tentang penyakit yang dimiliki Catherine hingga akhir
hayatnya saat melahirkan Cathy.
Generasi
Cathy, menceritakan tentang bagaimana Heathcliff akhirnya bisa membalas dendam.
Saya tidak akan menceritakan bagaimana, karena sudah cukup saya memberi spoiler
untuk orang-orang yang belum baca.
Novel
ini direkomendasikan untuk orang-orang yang ingin membaca buku yang bernuansa
gelap.
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading! :D