Friday, November 30, 2012

Dan Hujan Pun Berhenti


Judul: Dan Hujan Pun Berhenti
Penulis: Farida Susanty
Penerbit: Gramedia Widiasarana Indonesia
Tebal: 322 halaman

Sinopsis (dari Goodreads):

Kamu mungkin tidak akan bisa mengerti Leo yang tidak percaya pada siapa pun di dunia ini.
Tapi mungkin Spiza, gadis yang mencoba bunuh diri di sekolahnya, bisa.
Review:

Pertama kali lihat buku ini di Pitimoss, tempat rental buku langganan yang deket sama sekolah & rumah (ada cabangnya, yang satu deket sekolah, yang satu lagi deket rumah). Dan ternyata Pitimoss juga tempat langganan teteh Farida Susanty waktu masih SMA hahaha, dan waktu saya pinjam kumcernya, Karena Kita Tidak Kenal, ada tanda tangannya loh! :))

Jadi... novel ini gelap. Kelihatan kan dari sampulnya? Gelap tapi ada humornya juga. Hmm, apa ya istilahnya? Lupa.

Gelap karena penuh dengan angst seorang remaja laki-laki bernama Leostrada yang kehilangan sesosok perempuan yang amat berarti baginya. Nama gadis itu Iris. Bukan, dia bukan pacarnya Leo. Hanya seseorang yang berarti banyak untuk Leo, sampai kematian Iris menjadi sebuah tikaman di dada. Hanya Iris lah yang bisa melupakan masalah dia. Hanya Iris-nya.

"Yang penting buat dia cuman Iris, Tyo... cuman Iris."

Di rumah, dia kerap kali dimarahi oleh orang tuanya, bahkan sampai dipukul. Semua itu karena kedua orang tuanya tidak pernah bahagia oleh pernikahan mereka meskipun sudah dikaruniai tiga orang anak. Bayangkan, tinggal di dalam rumah di mana orang tuamu menyebutmu pecundang? Bukankah ucapan yang keluar dari mulut kedua orang tua adalah doa?

Dia bertemu dengan Spiza, saat pertama kali mereka bertemu pun sudah aneh. Leo yang babak belur setelah dikeroyok oleh musuh-musuhnya melihat Spiza menggantungkan teru-teru bozu (iya, yang ada di cover). Kedua kalinya mereka bertemu, di kamar mandi sekolah. Spiza sedang mencoba menyabut nyawanya sendiri saat itu. Aneh memang, tapi mereka berbincang, Leo bertanya kenapa Spiza bunuh diri... dan jawaban yang keluar dari mulut Spiza membuat Leo terkejut.

"Dia... orang yang gue sayang dan sayang gue... dan, dia pasti nggak akan ninggalin gue."

Kata-kata itu mirip dengan apa yang dulu pernah diucapkan Iris... Leo saat itu tahu, Iris-nya telah kembali.

Salut buat teteh Farida yang bikin novel sebagus ini waktu seumuran sama saya, waktu dia masih SMA. Saya suka sama karakter Leo. Tahu, kan, kalo di novel-novel YA (young-adult) ada tokoh cowok yang kelihatannya kuat tapi dalamnya rapuh? Kalo kata Tulus (penyanyi--lagunya bagus loh!):

Tuan kesepian,Tak punya teman,Hatinya rapuh,Tapi berlagak tangguh.
Nah, kenapa kali ini tidak membaca dari sudut pandang si cowok? Mencari tahu masa lalu dia dan sebagainya?

Dan di sini, karakterisasi Leo berkembang. Dari yang awalnya tidak bisa menerima Iris sudah tiada, masih menyimpan Iris dalam benaknya, perlahan bisa menerima... karena Spiza.

Ngomong-ngomong, jangan salah ya, novel ini rada beda sama novel yang lain. Gak melulu soal cinta-cintaan.#menyindirdirisendiri :))

"Hei! Kenapa menggantungkan itu?""Biar hujan nggak turun.""Memangnya kenapa kalau turun?""Aku keburu mati sebelum aku bunuh diri.""Kamu mau bunuh diri?""Ya, asal nggak hujan.""..."
Rating: 4/5

Untuk baca bareng BBI dengan tema Pemenang & Nominasi Khatulistiwa Literary Award. Dan Hujan Pun Berhenti oleh Farida Susanty memenangi KLA 2007 dalam kategori, "Penulis Muda Berbakat."

Friday, November 23, 2012

Pertama Kali Ketemu BBI Itu...

.... hahaha telat bikin post-nya. *digetok Mbak Ren*



Saya memang masih newbie di sini dan mungkin saya mengenal BBI untuk pertama kalinya itu tahun lalu, ketika saya ikutan Goodreads dan bergabung di Goodreads Indonesia. Ada dua trit berjudul "Daftar Blog Buku Indonesia" dan "Update Blog Buku Indonesia". Dari situ saya mulai blogwalking, mencari-cari kali aja ada yang satu selera sama saya dan udah baca buku yang lagi saya incer jadi saya bisa tahu bagus/tidaknya buku itu.

Lalu, teman saya, Haniva, setelah saya tanya apa dia tahu BBI, ternyata langsung ikut. Sementara saya sendiri punya blog di Tumblr malah dipakai buat galau, belum pernah meresensi buku sama sekali kecuali untuk tugas. Sampai akhirnya saya coba-coba sendiri bikin resensi, dan ditulis di Tumblr, tapi pakai bahasa Inggris bahkan untuk buku terjemahan. Hahaha. Tapi karena saya waktu itu masih sering online di warnet jadi gak bisa sering-sering nge-blog, tulis resensi lewat Goodreads juga di HP.

Adalah suatu hari ketika ide gila saya muncul untuk membuat suatu akun fanbase Divergent karena saya bosan fangirling sendiri di Twitter, (ini akunnya:@DivergentID iya numpang promo) dan di hari itu ketika sedang mengecek followers (dulu followers-nya masih dikit loh, masih puluhan, sekarang udah ratusan hore!) saya menemukan akun ini: @peri_hutan. Yang tentu saja familiar buat saya karena saya suka ngepoin baca review yang ditulis Mbak Sulis baik di Kubikel Romance dan Kutu Bokek (Mbak Sulis lagi ulang tahun loh waktu saya nulis ini! Selamat ulang tahun, Teteh Peri Hutan dan Spesies Langka Kutu Bokek yang Suka Buku Romance!)

Sejak itu, saya pengen ikut jadi anggota BBI. Lalu saya mulai merencanakan semuanya. Mulai dari URL yang akan saya pakai, sampai mau nge-post apa saja selain review.

Nah, soal URL, kenapa theblackinthebooks? Soalnya mau theblackinthebook gak pake S udah gak available. Soalnya saya nge-fans banget sama Owl City, dan ada satu lagu judulnya The Technicolor Phase yang jadi soundtrack-nya Alice in Wonderland. Ada satu liriknya yang berbunyi seperti ini:

I am the black in the book. The letters on the pages that you memorize.
... yang menginspirasi saya juga saat membuat header blog.

Pernah message om Rahib Tanzil, selaku Ketua Pendiri Pencetus yang kata Haniva kalau mau ikutan daftar aja ke beliau, eh ternyata post saya di The Black in The Book ini kurang 2 lagi. Ya sudah saya tambah deh. Saya lapor lagi ke Rahib dan melalui balasan beliau, saya boleh pasang banner BBI di blog. :))

Karena BBI, saya jadi ketemu teman-teman yang sama kayak saya. Karena BBI, saya juga ikut-ikutan nimbun. Karena BBI, saya gak merasa aneh kalau merasa kesal karena ada orang yang memperlakukan buku seenaknya, ada temen. :p

Mau ikutan BBI? Meluncur yuk ke post-nya Mbak Oky, klik di sini.

Terima kasih BBI dan om Rahib yang memberi saya kesempatan. :)


Marie Lu's Legend



Title: Legend (Legend #1)
Author: Marie Lu
Publisher: Putnam Juvenile
Pages: 305

Summary (from Goodreads): 
What was once the western United States is now home to the Republic, a nation perpetually at war with its neighbors. Born into an elite family in one of the Republic’s wealthiest districts, fifteen-year-old June is a prodigy being groomed for success in the Republic’s highest military circles. Born into the slums, fifteen-year-old Day is the country’s most wanted criminal. But his motives may not be as malicious as they seem.

From very different worlds, June and Day have no reason to cross paths—until the day June’s brother, Metias, is murdered and Day becomes the prime suspect. Caught in the ultimate game of cat and mouse, Day is in a race for his family’s survival, while June seeks to avenge Metias’s death. But in a shocking turn of events, the two uncover the truth of what has really brought them together, and the sinister lengths their country will go to keep its secrets.

Full of nonstop action, suspense, and romance, this novel is sure to move readers as much as it thrills.
Review:
Love it. But the thing about dystopia books is, I always compare them to The Hunger Games. I love Divergent, but when I read it I couldn't help comparing Four and Peeta (yes, yes I know I should've compared Four and Gale.)

Thursday, November 15, 2012

The Power of Six


Judul: The Power of Six
Penulis: Pittacus Lore
Penerjemah: Nur Aini
Penerbit: Mizan Fantasi
Tebal: 511 halaman

Sinopsis:
Aku melihatnya di berita. Mengikuti kisahnya sejak apa yang terjadi di Ohio. John Smith ada di luar sana, dalam pelarian …. Bagi dunia dia adalah misteri; teroris internasional yang berbahaya. Tapi bagiku, dia salah satu dari kami.

Sembilan orang yang datang, tapi kadang aku berpikir apakah waktu sudah mengubah kami? Masihkah kami percaya pada misi yang dipercayakan kepada kami? Bagaimana aku bisa yakin? Kini, kami tinggal berenam. Sembunyi, tidak saling kontak .…

Namun, Pusaka kami bermunculan, dan tak lama lagi kami siap untuk bertempur. Apakah John Smith, si Nomor Empat dan kemunculannya adalah pertanda yang kutunggu selama ini? Bagaimana dengan Nomor Lima dan Enam? Mungkinkah salah satu diantaranya adalah gadis berambut hitam dengan mata berbadai yang muncul dalam mimpiku? Gadis dengan kekuatan yang tak terbayangkan? Gadis yang mungkin cukup kuat untuk menyatukan kami berenam?

Mereka menangkap Nomor Satu di Malaysia.
Nomor Dua di Inggris.
Dan Nomor Tiga di Kenya.
Mereka mencoba menangkap Nomor Empat di Ohio—dan gagal.

Aku Nomor Tujuh. Satu dari enam yang masih bertahan.

Dan aku siap bertempur.
Review:

Theodore Boone: The Abduction



Judul: Theodore Boone: Penculikan - The Abduction
Penulis: John Grisham
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 230 halaman

Sinopsis:
Theodore Boone kembali beraksi dan petualangannya kali ini makin seru.

Ketika sahabatnya, April, tahu-tahu menghilang dari rumah, tidak ada yang tahu ke mana gadis itu pergi. Termasuk Theo Boone, yang sangat akrab dengan April.

Ketakutan melanda seluruh warga kota dan penyelidikan polisi pun menemui jalan buntu.

Maka, dengan pengetahuan hukum dan kemampuan menyelidiknya, hanya Theo yang bisa memburu kebenaran dan menyelamatkan April.

Review:

Theodore Boone - Kid Lawyer


Judul: Theodore Boone: Pengacara Cilik - Kid Lawyer
Penulis: John Grisham
Penerjemah: Monica Dwi Chresnayani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 272 halaman.

Sinopsis:

Theo Boone, 13 tahun, tahu banyak tentang hukum, sebab kedua orangtuanya pengacara dan ia kenal baik dengan para hakim, polisi, serta petugas pengadilan. Ia ingin menjadi pengacara hebat, beraksi dari satu ruang sidang ke ruang sidang lain.

Dan sekarang Theo betul-betul berada di ruang sidang. Karena tahu begitu banyak----mungkin terlalu banyak----ia terseret ke dalam persidangan kasus pembunuhan yang sensasional.

Seorang pembunuh berdarah dingin mungkin akan bebas, dan hanya Theo yang tahu fakta sebenarnya.

Review:

Monday, November 12, 2012

Hadiah Ulang Tahun

... yak sebelum ada yang komentar mengucapkan selamat ulang tahun dan minta giveaway, mau klarifikasi dulu ya: ulang tahun saya masih lama. Ya sekitar 30 hari lagi deh. Sebenarnya saya mau pamer timbunan buku lagiiii.:))

Nih, hadiah ulang tahun yang kecepatan dari ayah. (Pesen di Matahati, cuma 135K untuk empat buku ini!)

\


Kalo ini, beli di Tirta @ I Prefer Reading. Uhuy baik banget dia nawarin tiga buku ini cuma85K!



Untuk baca bareng bulan ini, tapi yang Dan Hujan Pun Berhenti aja, Winter Dreams karena memang ada di wishlist. x)



Beli di @BookClubID, kebetulan jualan buku impor juga di Indo Book Shop.



Hasil kalap yang gak begitu kalap di Gramedia Book Fair beberapa minggu lalu di Gramedia Merdeka.



Nemu ini di supermarket dekat rumah, Alhamdulillah. Tadinya ini dimasukin ke shelf dear-santa loh di Goodreads. x')



Nah untuk yang satu ini, saya gak tau juga udah ada atau belum di toko-toko buku. Tapi karena kakak saya datang ke konser Sarasvati dan tiketnya dibayarin pula sebagai hadiah ulang tahun, dia dapat buku ini. Kesannya ARC gitu huahahaha. XD Eh untuk yang berdomisili di Bandung, buku ini ada kok di Omuunium. :)



Waktu di Gramedia Book Fair, masih banyak yang mau dibeli. Apa daya saya datangnya telat, di hari terakhir pula. Tadinya mau beli Imperium dan Pompeii tapi gak jadi.-_-" Semoga akhir tahun ada lagi. :))

P.S: Omong-omong, saya jadi tertarik jualan buku nih. Ada yang berminat gak? Tapi kebanyakan sih teenlit. xp

Friday, November 2, 2012

Dee's Madre



Judul: Madre
Penulis: Dee
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 162 hal.

Sinopsis:
“Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari? Darah saya mendadak seperempat Tionghoa, Nenek saya seorang penjual roti, dan dia, bersama kakek yang tidak saya kenal, mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu: Madre.”

Terdiri dari 13 prosa dan karya fiksi, Madre merupakan kumpulan karya Dee selama lima tahun terakhir. Untaian kisah apik ini menyuguhkan berbagai tema: perjuangan sebuah toko roti kuno, dialog antara ibu dan janinnya, dilema antara cinta dan persahabatan, sampai tema seperti reinkarnasi dan kemerdekaan sejati.

Lewat sentilan dan sentuhan khas seorang Dee, Madre merupakan etalase bagi kematangannya sebagai salah satu penulis perempuan terbaik di Indonesia.

Review:
Seperti Filosofi Kopi, Madre ini adalah kumpulan cerpen dengan cerpen/novelet berjudul Madre yang menjadi 'tokoh utama'.

"Saya cari di Google, kata 'Madre' itu ternyata berasal dari bahasa Spanyol, artinya 'ibu'. Madre, Sang Adonan Biang, lahir sebelum ibu kandung saya. Dan dia bahkan sanggup hidup lebih panjang dari penciptanya. Mengerikan."

Tansen. Apakah namanya terdengar seperti nama seorang Cina? Atau India? Tansen, seorang pemuda free-spirited--pecinta kebebasan, yang tinggal di Bali, harus datang ke Jakarta karena kerabatnya yang meninggal.

Masalahnya, dia tidak tahu siapa itu 'kerabatnya'. Dan ternyata, dia dapat warisan. Sebuah kunci dan secarik kertas berisikan sebuah alamat. Maka pergilah Tansen ke sebuah ruko yang tampaknya tidak pernah terurus itu, dan bertemu dengan Pak Hadi. Dari mulut Pak Hadi mengalirlah cerita tentang darah yang mengalir di nadi Tansen. Darah campuran Cina dan India. Mungkin karena India yang dominan dan Cina yang resesif jadi Tansen seperti orang India. Maklum baru belajar genetika lagi.

"Sini, saya kenalken sama Madre."

Ternyata ruko yang ditempati Pak Hadi dulunya toko roti, Tan de Bakker. Toko Roti Tan. Milik Tan, yang ternyata kakeknya Tansen.

Dan Madre, adalah kesayangan pegawai-pegawai Tan termasuk Tan dan Pak Hadi sendiri. Tolong jangan bayangkan Didi Petet sebagai gollum yang mendesis-desis, "My preciousss." Jadi ingat The Hobbit dan LoTR mau cetak ulang.

Yang saya suka dari cerita Dee (termasuk Madre) adalah bagaimana lancarnya cerita mengalir. Tapi mungkin karena ini bisa dikategorikan sebagai cerpen atau novelet, jadi tokoh-tokohnya kurang 'berasa' ya. Tiba-tiba saja Tansen cepat betah tinggal di Jakarta. Tiba-tiba saja Tansen cepat menerima warisannya...

Jujur, saya lebih suka Filosofi Kopi, dan masih berharap akan dibuat film-nya... Madre juga mau ada film-nya dengan Vino Bastian sebagai Tansen dan Didi Petet sebagai Pak Hadi (ya itu kenapa saya sebut-sebut Didi Petet di atas.)

Ada lagi cerita yang saya suka, Menunggu Layang-layang. Saya tidak akan bercerita panjang lebar tentang cerita ini, karena ini adalah cerita cinta dari Dee yang paling saya suka setelah Kugy dan Keenan. :p

"Aku ingin jadi layang-layang. Layang-layang itu bebas di langit. Tapi tetap ada benang yang mengikatnya di bumi. Jangan lepasin aku."

Ah, saya memang tidak pernah dikecewakan oleh penulis satu ini. Oke, saya memang agak kecewa dengan Madre yang tidak sebagus Filosofi Kopi (kenapa jadi dibandingin lagi?), tapi kekecewaan saya terobati dengan cerpen dan sajak lainnya. :)

Seorang laki-laki tak kuasa bertanya
Mengapa perempuan ada
Siapa itu yang berdiam dalam keanggunan
Tanpa perlu mengucap apa-apa
Ialah puisi yang mengatur cinta dengan bumi dan rahasia
Hingga semua jiwa bergetar saat pulang ke pelukannya


Rating: 4/5