Saturday, October 27, 2012

Rakhmawati Fitri's Kening






Judul: Kening
Penulis: Rakhmawati Fitri
Penerbit: Terrant Books
Tebal: 194 hal.

Review:
Review dan sinopsisnya digabung aja ya, berhubung di cover belakang buku gak ada sinopsis, cuma blurb dari orang-orang.

Isinya kumpulan cerita tulisan Fitrop alias Fitri Tropika, iya, artis heboh itu (heboh karena sikapnya) yang dulu pernah dikabarkan dekat sama artis cowok yang imut itu. :))

Membaca buku ini membuat saya sadar kalau... artis juga manusia. Kalau selama ini kita tidak tahu apa-apa tentang orang-orang yang berada di dalam layar kaca. Hal ini juga diungkapkan oleh Fitrop.

Dan begitu ada hal yang gak sesuai banget sama kenyataannya lo cuma bisa teriak pasrah, "Yeee sok tau!" ke arah TV, meskipun lo tau, it won't change anything.

  • Cerita pertama, Hello Goodbye, tentang... yah apalagi? cinta.

Pasti pada punya mantan tersayang, kan? Mantan yang selalu diingat? Mantan yang bikin kalian ngebanding-bandingin dengan pacar/gebetan terkini? Apa, "kalian"? Sori ya, saya mah gak punya, masih kecil ngapain pacaran. :))

Namanya Agra, dan dia sahabat gebetannya Fitrop. Dari yang awalnya curhat soal Owl (sahabatnya Agra) malah jadi sama-sama suka. Tapi ya, biasa, dipendem karena gak mau persahabatan mereka rusak. Eh ternyata Agra juga pengennya mereka jadian. Ya jadian akhirnya. :))

"Kamu akan ada di atas sana, and I will be happy to see you from here. Tunggu aku ya.. see you at the finish line... Bumw.."


  • Love Letter Untukmu, Dan Kamu 

  • Yap, sesuai namanya, ini surat cinta. :)) Dikirain masih ada hubungannya dengan cerita pertama... ternyata beda lagi.

    We've been through many years together. Dan karena sekarang saya harus tinggal di Jakarta, jadinya ya begini, trapped in so-called-long-distance-relationship circumstance. Apa daya kening tak sampai. Semoga jarak tak menjadi masalah buatku, juga buat kamu, dan kamu. Kita.

    • Mendongeng, Jreng!
    Pengalaman Fitrop yang harus mendongeng untuk sepupu-sepupunya yang masih kecil. Lucu deh membaca dongeng bikinan Mbak Fitrop ini. Tentang Putri yang memiliki hidung sebesar bison yang sembunyi di hutan bersama sahabatnya, Pangeran Bino, demi menghindari pangeran Jaka Gerimis idolanya.

    Lengkap dengan dua lubang hidung super besar dan tahi lalat hitam yang gak kalah besar tepat di bawah lubang hidung kanannya. Hal itu menyebabkan Sang Putri seringkali mendapatkan julukan "Putri Upil Bison".

    Sementara Mojang Macho, Kain Gaib Daeng, dan Pagi Manis Asam Asin menceritakan tentang pengalaman-pengalaman lucu Mbak Fitrop.

    Cara penulisan Mbak Fitrop ini jujur dan blak-blakan tanpa mengurangi kelucuan. Ini kedua (atau ketiga ya?) kalinya saya membaca Kening dan rasa humor itu masih ada, membuat saya masih terus tertawa.

    Mbak Fitrop, nulis buku lagi dong! x)

    Hampir lupa, ada lagi Trims tentang pertanyaan-pertanyaan dari followers Twitter-nya yang seringkali dijawab asal-asalan tapi tetap lucu!

    Q: Pandai nyanyi sejak kapan?
    A: Sejak pandai bersilat lidah. Trims. (via: @KeNy_KeKeN)

    Q: Fitrop pandai bersilat lidah sejak kapan?
    A: Sejak masuk Perguruan Butong sama Cu Pe Tong. Trims. (via: @frojabhy)

    Rating: 4/5 x)

    Friday, October 26, 2012

    Di Antara Kebahagiaan, Cinta, dan Perselingkuhan


    Judul: Di Antara Kebahagiaan, Cinta, dan Perselingkuhan: 25 Cerpen Kahitna.
    Penulis: Kahitna
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Tebal:  173 hal.

    Sinopsis:
    Menandai 25 tahun perjalanan musikalnya, buku kumpulan cerpen ini berisi cerpen-cerpen yang ditulis personil Kahitna dan sahabat-sahabat Kahitna. Keseluruhan cerpen di buku ini mengambil judul sekaligus terinspirasi dari lagu-lagu Kahitna. Membaca masing-masing cerita pendek di buku ini, kita akan memahami mengapa Kahitna bisa bertahan begitu lama di hati para penggemarnya. Jawabannya tentu ada pada cinta. Kahitna selalu memiliki cara yang menyentuh dan universal untuk menyampaikan rasa cinta mereka pada penggemarnya.
    Review:
    Kumcer ini awalnya tidak ada dalam wishlist saya, karena saya sendiri hanya penikmat musik Kahitna. Bukan fans atau Soulmate Kahitna. Tapi karena saya melihat kakak saya pulang membawa tiga buku di dalam kantong plastik yaitu Madre, Kening, dan 25 Cerpen Kahitna, saya langsung ambil yang terakhir. XD

    Namanya juga baca kumcer, pasti ada cerpen yang saya suka dan ada yang tidak. Dan namanya juga cerita pendek, tidak selalu bisa dapat feel si tokoh karena terlalu singkat.

    Tapi dari 25 cerpen, saya paling suka cerita-cerita ini:
    • Sampai Nanti, by Mario Ginanjar.
    Tentang sepasang kekasih yang sama-sama galau lantaran si perempuan harus pergi melanjutkan studi di luar.

    Ah, apa pun itu, di bandara, pada hari yang sangat menentukan itu, aku belahar melepaskanya. Pergi. Demikian juga dengan dirinya, juga harus belajar memaknai arti perpisahan. Dan yang pasti, sebagaimana perempuan kebanyakan, dia akan lebih dari mampu menanggungkan kesendirian. Sampai nanti, Sayang.

    • Soulmate, by Dhewi Bayu Larasati.  
    Aku tahu ini sudah sangat keterlaluan. Sebenarnya sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Tapi apa dayaku ketika toh kakiku tetap melangkah menuju bangku putih itu. Dia sudah menunggu di sana. Kakinya berayun pelan, ekspresinya teduh. Pada saat itu aku tidak memikirkan apa-apa kecuali melangkah lebih cepat.

    •  Suami Terbaik, by Yovie Widianto.
    "Dalam hidupku, tak ada bidadari lain... kecuali kamu."

    Rating:  3/5 

    Kāla Kālī






    Judul: Kāla Kālī
    Penulis: Valiant Budi & Windy Ariestanty
    Penerbit: GagasMedia
    Tebal: 340 hal.
    Format: Paperback

    Sinopsis:

    Gegas dan waktu tak pernah bisa berbagi ruang, apalagi, berbagi cerita. maka, saling mencarilah mereka, berusaha menggenapi satu sama lain. hingga satu titik, kāla menjadi mula dan kālī mengakhiri cerita.

    ***

    Aku merasa kembali menjadi balita, mengentak-entakkan kaki ke lantai sambil bertepuk-tepuk tangan gembira. Tidak ingin membuang-buang waktu, aku segera meniup lilin sambil berharap dalam hati akan ada lilin serupa untuk tahun depan, di atas sepotong kue yang dibawakan Ibu. AMIN!

    Berbagai potongan kenangan dengan Ibu berkelebatan hebat di benakku. Aku mungkin berbeda dengan remaja lainnya yang kala mengingat masa kecil selalu dengan tawa dan kebersamaan yang hangat; seperti yang kulihat di lembaran iklan-iklan susu balita atau es krim literan itu.

    Dan, setiap kenangan itu hadir, ingin rasanya membalikkan langkah.
    (Ramalan dari Desa Emas, Valiant Budi)

    —-

    Setiap kali berulang tahun, aku semakin mendekati tempat asalku: ketiadaan. Ibuku bilang, dunia ini sendiri pun lahir dari ketiadaan. Karena lahir dari ketiadaan, mengapa pula harus mencemaskan kehilangan?

    Ketiadaan itu meluaskan, kata Ibu, dan mempertemukan manusia dengan banyak hal, di antaranya cinta. ‘Aku berharap bisa melindungimu dari patah hati. Tapi, itu tak mungkin.’
    (Bukan Cerita Cinta, Windy Ariestanty)

    ***

    Kāla Kālī: Hanya Waktu yang Tak Pernah Terlambat adalah Gagas Duet, novella dari dua penulis kenamaan GagasMedia, Windy Ariestanty dan Valiant Budi. Keduanya mempersembahkan sebuah cerita yang bermain-main sekaligus memberi ruang pada waktu.
    Review:
    Curhat dikit dulu ya...

    Laptop saya rusak. Kejadiannya waktu saya menulis review This Lullaby. Laptop tiba-tiba nge-freeze tapi lagu yang saya putar masih berjalan. Maklum ya, saya calon anak Teknik Informatika. CALON. Jadi perbuatan ini tidak tahu bisa dibetulkan atau tidak: cabut batere laptop. Tapi pas dinyalakan lagi... tidak nyala. Terus nasib review This Lullaby gimana? Terpaksa pakai laptop punya Ayah, yang pulang seminggu sekali. Jadi inilah alasan kenapa review Kala Kali terlambat.

    Oke cukup curhatannya.

    Awal lihat penampakan novel ini di BukaBuku, melihat cover dan sinopsisnya yang bagus pastinya membuat saya ingin membaca. Dan saya juga belum pernah membaca novel karangan Valiant Budi (dipanggilnya Vabyo ya?) dan Windy Ariestanty, makin penasaranlah saya.


    Singkat kata, ketika novel ini sudah keluar, ternyata banyak yang kecewa. Jadi galau, beli jangan? Untungnya, adik kelas saya yang mengoleksi GagasDuet (makasih, Mon! Nanti minjem Beautiful Mistake ya!) mau berbaik hati meminjamkan saya novel ini.

    Cerita pertama yaitu Ramalan dari Desa Emas oleh Mas Vabyo, yang bercerita tentang Keni, hampir berumur 18 tahun, mau merayakan ulang tahunnya dengan menyepi. Maksudnya merayakan ulang tahunnya dengan berlibur sendirian di sebuah desa. Tak disangka, dia bertemu dengan seorang anak kecil yang meramalkan kalau Keni akan mati sebelum dia berumur 18 tahun.

    Yak, saya betul-betul kecewa dengan cerita yang satu ini. Mohon maaf untuk pembaca-pembaca Mas Vabyo di luar sana yang kebetulan membaca review saya yang tidak pernah membaca satupun karyanya kecuali ini.

    Saya tidak begitu sreg dengan cara Keni (tokoh utama) bercerita. Memang lucu dan blak-blakan. Sayangnya, cara Keni bercerita mungkin akan lebih bagus bila Keni itu laki-laki. Bukan perempuan. Betul sekali, untuk yang sedang membaca novel ini, Keni adalah seorang perempuan. Saya sendiri terkecoh melihat penuturan Keni yang seperti laki-laki. Atau mungkin karena dia tomboy? Ah, untuk yang ingin tahu lebih jelas maksud saya, silakan lihat review dari Mbak Primadonna Angela.

    Untuk plot, lumayan sih. Kayak Final Destination. Tapi tetap saja plot seperti itu dikacaukan dengan (sekali lagi) cara Mas Vabyo bercerita tentang Keni. Ending-nya juga, hmm, twisted. Tapi saya masih tidak mengerti... ada yang mau menjelaskan?

    Cerita kedua: Bukan Cerita Cinta, oleh Mbak Windy Ariestanty.

    Ceritanya berbeda sekali dari cerita pertama. Ini novel GagasDuet ketiga yang saya baca setelah With You dan Truth or Dare, dan dari dua novel itu, masing-masing memiliki tokoh yang saling berkaitan. Seperti di With You, Cindy di Cinderella Rockefella dan Lyla di Sunrise adalah saudara sepupu. Sementara Truth or Dare tentang dua orang sahabat yang menceritakan pengalaman mereka masing-masing. Saya kira, Kala Kali juga akan seperti itu.

    Bumi, sang tokoh utama, bekerja sebagai seorang editor. Adegan pertama dimulai dengan Bumi sedang berbincang dengan salah satu penulisnya, Aksara. Mereka berbicara tentang cinta.

    Saya tidak tahu ke mana cerita ini akan membawa saya. Setelah bengong sendiri melihat gaya penulisan Mas Vabyo yang lucu dan blak-blakan, saya kembali bengong melihat gaya penulisan Mbak Windy yang serius dengan bahasa baku. Benar-benar berbeda 180 derajat.

    Banyak yang bilang lebih suka Ramalan dari Desa Emas dibanding Bukan Cerita Cinta, tapi saya lebih suka karya Mbak Windy. Bukannya bermaksud membandingkan, tapi saya lebih suka penuturan Bumi dibanding Keni yang menurut saya tidak jelas atau bahasa gaulnya geje.

    Mungkin saya memang berharap terlalu banyak dari buku ini. Tapi nanti mau baca buku-bukunya Mbak Windy dan Mas Vabyo ah. #kodeberharapdipinjemin

    Rating: 2.5/5

    Saturday, October 6, 2012

    Timbunan Buku

    Halo! Di bawah ini adalah foto-foto buku yang ditimbun. Rencananya mau dibabat setelah UN. Tapi lihat nanti deh. :)) Ada beberapa buku yang sudah saya baca, tapi rencananya mau saya baca ulang dalam waktu dekat ini.

      

    1. Frankenstein, By Mary Shelley. (Beli di Mbak Sinta @ Jendelaku Menatap Dunia)
    2. Pintu Terlarang, by Sekar Ayu Asmara. (Beli di Mbak Astrid @ Books to Share)
    3. Delirium, by Lauren Oliver. (Beli di Times BIP)
    4. Pandemonium, by Lauren Oliver. (Beli di Times BIP)
    5. Divergent, by Veronica Roth. (Beli di Times BIP)
    6. Pandemonium, by Veronica Roth. (Beli di Times BIP)
    7. Inkheart/Tintenherz, by Cornelia Funke. (Beli di Rumah Buku Bandung)
    8. Inkspell/Tintenblut, by Cornelia Funke. (Beli di Rumah Buku Bandung)

    1. Therese Raquin, by Emile Zola. (Beli di Togamas Buah Batu)
    2. The Tokyo Zodiac Murders, by Soji Shimada. (Beli di Rumah Buku Bandung)
    3. Jane Eyre, by Charlotte Bronte. (Beli di Gramedia Merdeka)
    4. The Reader, by Bernhard Schlink. (Beli di Rumah Buku Bandung)
    5. Cinta: Selalu Ada Alasan Untuk Mencintaimu, by @pepatah. (Buntelan)

    1. Rahasia Meede, by E. S. Ito. (Dikasih pinjam oleh Ayah)
    2.  Theodore Boone: The Abduction, by John Grisham. (Beli di Togamas Buah Batu)
    Dan mengingat banyaknya diskon bertebaran di depan toko buku Gramedia... saya harus mengontrol dompet sepertinya. ><

    Sarah Dessen's This Lullaby


    Judul: This Lullaby
    Penulis: Sarah Dessen
    Penerjemah: Stephanie Yuanita
    Penerbit: Elex Media Komputindo
    Tebal: 454 hal.
    Format: Paperback.
    Source: Rumah Buku Bandung.

    Sinopsis:


    Remy selalu tahu kapan waktu yang tepat untuk memberi pidato pada para kekasihnya jika dia ingin mengakhiri hubungan mereka: tepat setelah serbuan romatis di saat-saat hubungan menghangat, tapi sebelum keterlibatan emosional nyata terjadi. Dengan begitu banyak pengalaman mencampakkan pria, seharusnya Remy memiliki saat yang sempurna untuk menjalankan rencananya. Apa lagi dia telah mempelajari semua itu dari ibunya sendiri, ibu yang telah menikah empat kali dan sedang menuju pernikahannya yang kelima. Jadi ada apa dalam diri Dexter yang membuatnya begitu sulit bagi Remy untuk mengikuti aturannya sendiri?

    Dexter tipikal pria yang dibencinya: berantakan, tak teratur, impulsif, dan paling parah dari semuanya, seorang musikus seperti ayahnya. Ayah yang tak pernah dikenalnya, pria yang menciptakan sebuah lagu yang terkenal untuknya namun menghilang dari hidupnya. Remy tak pernah punya masalah untuk keluar dari sebuah hubungan sebelumnya. Tapi ada sesuatu tentang Dexter...

    Mungkinkah Remy akhirnya menemukan sendiri apa yang tertulis dalam semua lagu cinta? Sarah Dessen, penulis Someone Like You dan Dreamland, akan memberikan novelnya yang memikat hati para pembaca, saat dia mengenalkan kita pada seorang gadis yang percaya bahwa hatinya terbuat dari batu dan pemuda yang membuktikannya salah.
    Review:

    Wednesday, October 3, 2012

    Wishful Wednesday #3


    Minggu ini, saya cuma ingin satu buku saja. :)

    (Summary dari Goodreads):

    What happens when happily ever after... isn’t?

    Delilah is a bit of a loner who prefers spending her time in the school library with her head in a book—one book in particular. Between the Lines may be a fairy tale, but it feels real. Prince Oliver is brave, adventurous, and loving. He really speaks to Delilah.

    And then one day Oliver actually speaks to her. Turns out, Oliver is more than a one-dimensional storybook prince. He’s a restless teen who feels trapped by his literary existence and hates that his entire life is predetermined. He’s sure there’s more for him out there in the real world, and Delilah might just be his key to freedom.

    Delilah and Oliver work together to attempt to get Oliver out of his book, a challenging task that forces them to examine their perceptions of fate, the world, and their places in it. And as their attraction to each other grows along the way, a romance blossoms that is anything but a fairy tale.
    Baru tahu Jodi Picoult nulis buku YA bareng anaknya. X) Tempo hari ngelihat buku ini di Periplus, harganya sih masih sekitar 100.000 tapi waktu itu aku cuma bawa uang untuk beli Pandemonium. T_T (Woy inget timbunan di rumah masih banyak!)

    Apa wishlist-mu minggu ini? :)


    1. Silakan follow blog Books To Share – atau tambahkan di blogroll/link blogmu =)
    2. Buat posting mengenai buku-buku (boleh lebih dari 1) yang jadi inceran kalian minggu ini, mulai dari yang bakal segera dibeli, sampai yang paling mustahil dan hanya sebatas mimpi. Oya, sertakan juga alasan kenapa buku itu masuk dalam wishlist kalian ya!
    3. Tinggalkan link postingan Wishful Wednesday kalian di Mr. Linky (klik saja tombol Mr. Linky di bagian bawah post). Kalau mau, silakan tambahkan button Wishful Wednesday di posting kalian.
    4. Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah ikut share wishlistnya di hari Rabu =)